What Pays Your Bills is Money, Not Passion
Apa jadinya kalau passion tidak bias memenuhi kebutuhan hidup? Jika terus menerus mengejar passion, apa artinya harus berpindah pekerjaan, jadi manusia super idealis yang siap hidup susah – dan membuat keluarga juga jadi susah? Apakah harus kompromi dengan passion sendiri supaya bias bayar tagihan setiap bulan? — ini serangkaian pertanyaan dari FB, twitter atau email yang paling sering saya dengar setiap kali bicara soal passion. Gong-nya adalah saat membaca twit dari seorang teman & selebriti twitter yang isinya kurang lebih begini: “Memang terkadang passion tidak cukup membayar tagihan…” walaupun dengan nada becanda saya merasa perlu berkomentar supaya pembahasan passion tidak jadi semakin rancu.
Ini sama sekali bukan complain lho. Jujur saya senang banget semakin banyak telinga yang akrab dengan satu kata yang telah banyak mempengaruhi hidup saya. Saya juga bersyukur semakin banyak organisasi, keluarga dan individu yang membuka diskusi seputar passion dalam keseharian mereka – sebagian bahkan ada menyebut diri sebagai passion coach, passion mentor dll.Sama sekali tidak masalah. Namun saya khawatir ketika passion muncul sekedar sebagai buzzword,tanpa makna yang jelas.Lebih khawatir lagi saat passion sekedar dijadikan alasan untuk berpindah kerja, tidak berpenghasilan, tidak bertanggung jawab dan ujungnya, ketidak berdayaan.
Seriously people, what pays you bill is money, not passion. Passion bukan komoditas sehingga tidak bias dihargakan sebagaimana layaknya barang dagangan. Membayar tagihan bulanan, cicilan kartu kredit, biaya sekolah anak dan alokasi investasi harus, perlu & mutlak menggunakan UANG – sebagai denominator transaksi yang paling diakui hingga saat ini.
Passion without creation is meaningless, nothing! Nah, uang berasal dari kinerja – yang akan sangat keren jika diawali dari passion. Apakah bias dapat uang tanpa passion? Ya, bias saja tapi belum tentu prosesnya mengasyikan dan sudah pasti tidak maksimal. Mempertanyakan bagaimana jika passion tidak bias bayar tagihan= bertanya kenapa tamatan SD tidak menghasilkan uang? Atau, kenapa karyawan baru tidak langsung jadi Presiden Direktur? Atau, kenapa suka politik tapi tidak jadi anggota parlemen atau jadi Presiden? Jawabannya: Semua dan apapun dikolong langit perlu PROSES.
Your passion is already within you – the clues are everywhere in your feelings. Passion bias didefinisikan dengan banyak cara. Definisi yang paling pas buat saya adalah ini: Segala aktivitas yang membuat kita merasa berdaya. Kata kunci pertama adalah “aktivitas”, sehingga tidur tidak termasuk yaaa. Kata kunci kedua adalah “merasa berdaya”, sehingga tidak harus langsung piawai namun prosesnya terasa dimudahkan, diasyikan dan diberdayakan.
If you think your passion does not pay your bill, please ask these questions to yourself: (1) Apakah saya sudah tahu aktivitas yang membuat saya merasa berdaya, mampu, tahan banting dst? (2) Apakah saya sudah menekuni aktivitas tersebut sehingga jadi piawai? (3) Apakah saya sudah menghasilkan kreasi keren (baca: karya keren yang bermanfaat bagi banyak orang) dari aktivitas tersebut? Silahkan dijawab – jika semua jawabannya YA! Maka saya pastikan uang sudah tidak jadi masalah.
Nah, bagi yang masih mempertanyakan (lagi) kenapa harus tahu, paham & peduli passion, bias jadi jawabannya sudah disajikan dalam serangkai kalimat indah karya Jalaludin Rumi sekitar 800 tahun lalu:
“With passion, we pray
With passion, we make love
With passion, we eat & drink & dance & play
Why look like a dead fish in this ocean of God?”
René Suhardono
Public Speaker &Curator of FluxMe
Founder of ImpactFactory, business performance specialist
Cofounder of @CommaID,coworking space
Coleksayadi twitter: @ReneCC
Photo: instagram #SunsetAustraliaby @amazingmoments